Pages

Senin, 14 April 2014

Pengalaman Pertama Ditolak Jobfair

Kini pendidikanku sudah selesai didalam lingkungan formal, meskipun hanya dengan jenjang sarjana saya harus cukup bangga dengan hal itu, banyak orang diluar sana yang mau merasakan nikmatnya kuliah diperguruan tinggi (kaya nano nano kok) tapi ngak punya bianya atau waktu untuk itu..saya tidak mau menyombongkan apa yang saya capai karena saya yakin tidak sedikit orang-orang diluar sana bisa sukses tanpa harus melewati jenjang perkuliahan, bahkan mereka yang punya gelar yang beruntun sampai S teller markotewer sekalipun but mereka belum mendapat pekerjaan yang layak bahkan ada yang belum bekerja sama sekali, nah disinilah saya mulai berfikir kalau kulliah dan gelar tidaklah menjamin  kita untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, saya juga tidak mau mengatakan kalau kuliah tidaklah penting ya, sangat penting tapi tidak bisa menjamin meskipun bisa menjadi harapan..pada dasarnya usaha dan kerja keras tetap menjadi modal utama untuk mencapai apa yang kita inginkan..(kedipin mata dulu gih  serius amat bacanya). Eh belum nyapa ternyata, nyapa dulu ahh, Hai Bloggers gimana sehat kan ? I hope your better, and god bless us. Lanjut ya ceritanya cekidot---setelah menjadi sarjana saya fikir pekerjaan itu akan datang dengan mudah kemudian bekerja dan mendapat gaji atau upah kerja yang melimpah,  ternyata NGAK, selang beberapa minggu setelah wisudah saya mendengar ada pameran pekkerjaan yang sering para pemburu kerja mania menyebutnya Jobfair pasti mereka tahu, apalagi nyang sering ketolak kaya gue gitu dah *puas*. ini pengalaman pertama saya menebarkan selebaran CV (Curriculum Vitae) ke kantor-kantor yang ada di jobfair, saya dan rekan-rekan rombongan kloter 1 embarkasi Makassar (eh ngaur lagi) datang dengan pakain keren dan seolah menunjukkan bahwa kami sarjana loh fresh lagi sambil bawa berkas yang disusun rapi bangattt kaya habis disetrika gitu, kamipun masuk dengan gaganya melangka dengan pasti membayangkan ada secercah harapan disana, kemudian apa yang terjadi pemirsah..sejauh mata memandang telah banyak stand yang kosong yang tersisa hanya bank swasta dan perusahaan rokok karena kami datang jam 4  sore maklumlah kan kita beginner nih fresh lagi, sebenarnya tujuan awal saya memang pengen melamar menjadi pegawai bank yang siap ngiler hitungin uang nasabah, otomatis saya milih bank, akhirnya saya menuju stand bank tersebut dengan langkah yang keren sambil was-was (takut aja kalau tiba-tiba pantat saya lenggok-lenggok gitu haha) kemudian bekas saya berikan dengan sopan, senyum 10 jari, kemudian saya dipersilahkan menulis biodata dan posisi yang saya minati, sementara lagi asyik-asyiknya nih sampai air liur hampir jatuh tiba-tiba saya mendengar bunyi tumpukan kertas “paakhhkkzz” tepat disamping kaki saya spontan dong saya melirik kebawah, dan tau ngak apa yang saya lihat, sebuah tumpukan kertas calon pelamar yang otomatis menjadi saingan saya buuanyak baangat, bahkan lebih banyak dari tumpukan kertas skripsi yang dicoret dosen pembimbing, tiba-tiba kepikiran, itu nentuinnya gimana ya dilotre atau pake permainan cum-cum-pene-balombong aja kali ya, dan lebih menyakitkan lagi berkas saya terpampang nyata diposisi teratas ngeliat nama saya di CV berisi sejarah hidup saya sampai jatuh bangun dan salto dari depan belakang sampai saya lindungin dari debu dan panasnya terik matahari, mata saya tiba-tiba berubah menjadi mata Susana dan bolpen ditangan saya jadi tusuk satenya, hihi. Setelah selesai saya kemudian pulang dan anehnya entah kenapa saya sering menghayal jadi pegawai bank yang berdasi senyum sepanjang masa, ngeliat cewe-cewe yang antri di depan saya, apakah ini sindrom jobless hihi, setelah berbulan terangbulan sampai senyum yang saya persiapkan sudah lenyap dimakan usia, uban dan keriputpun mulai muncul namun komfirmasi tak kunjung juga datang setelah sekian lama larut dalam harapan kalbu (dalam bangat ya) ---for HRD (Human Resource Deploment) : Terima Kasih Yah sudah memberi saya kegalauan Full Service kalau kata tukang pijat gitu  :)